3.29.2009

E-Learning Sebuah Konsep Masa Depan

E-Learning bukanlah sesuatu yang baru. Ide memanfaatkan teknologi internet
untuk aktivitas belajar mengajar telah diwujudkan banyak lembaga pendidikan
di dunia. Tidak hanya di tingkat sekolah tinggi seperti University of
Phoenix Online, United Kingdom Open University dan Universiti Tun Abdul
Razak yang sukses menyelenggarakan e-Learning, di tingkat sekolah menengah
pun e-Learning telah menjadi arus utama pendidikan modern. Sebut saja
Illinois Virtual High School, Alabama On-Line High School, Kentucky Virtual
High School dan Virginia Internet High School adalah sedikit dari lembaga
pendidikan yang telah relatif lama menyelenggarakan eLearning untuk tingkat
sekolah menengah.

Ini menjadi bukti bahwa eLearning berjalan baik dan bermanfaat bagi
penggunanya. Sesungguhnya apakah yang bisa didapatkan seseorang dalam
eLearning yang tidak ia dapatkan dalam proses belajar konvensional di kelas?

Berikut ini manfaat eLearning menurut A. W. Bates (Bates, 1995) Direktur
Pendidikan dan Teknologi Jarak Jauh, Studi Lanjutan, Universitas British
Columbia dan K. Wulf (Wulf, 1996):

1. Meningkatkan kadar interaksi pembelajaran antara siswa dengan guru atau
instruktur (enhance interactivity).

Berbeda dengan proses eLearning, tidak semua siswa dalam kegiatan belajar
konvensional dapat, berani atau mempunyai kesempatan untuk mengajukan
pertanyaan ataupun menyampaikan pendapatnya di dalam diskusi. Mengapa?

Karena pada proses belajar konvensional, kesempatan yang ada atau yang
disediakan dosen/guru/instruktur untuk berdiskusi atau bertanya jawab sangat
terbatas. Biasanya kesempatan yang terbatas ini juga cenderung didominasi
oleh beberapa siswa yang cepat tanggap dan berani. Keadaan yang demikian ini
tidak akan terjadi pada eLearning. Siswa yang malu maupun yang ragu-ragu
atau kurang berani mempunyai peluang yang luas untuk mengajukan pertanyaan
maupun menyampaikan pernyataan/pendapat tanpa merasa diawasi atau mendapat
tekanan dari teman sekelas (Loftus, 2001).

2. Memungkinkan terjadinya interaksi pembelajaran dari mana dan kapan saja
(time and place flexibility).

Mengingat sumber belajar yang sudah dikemas secara elektronik dan tersedia
untuk diakses oleh siswa melalui internet, maka siswa dapat melakukan
interaksi dengan sumber belajar ini kapan saja dan dari mana saja (Dowling,
2002). Demikian juga dengan tugas-tugas kegiatan belajar, dapat diserahkan
kepada guru/dosen/instruktur begitu selesai dikerjakan. Tidak perlu menunggu
sampai ada janji untuk bertemu dengan guru/instruktur.

3. Menjangkau siswa dalam cakupan yang luas (potential to reach a global
audience).

Dengan fleksibilitas waktu dan tempat, maka jumlah siswa yang dapat
dijangkau melalui kegiatan eLearning semakin lebih banyak atau meluas. Ruang
dan tempat serta waktu tidak lagi menjadi hambatan. Siapa saja, di mana
saja, dan kapan saja, seseorang dapat belajar dan berinteraksi dengan materi
pelajaran melalui internet. Kesempatan belajar benar-benar terbuka lebar
bagi siapa saja yang membutuhkan.

4. Mempermudah penyempurnaan dan penyimpanan materi pembelajaran (easy
updating of content as well as archivable capabilities).

Fasilitas yang tersedia dalam teknologi internet dan berbagai perangkat
lunak yang terus berkembang turut membantu mempermudah pengembangan materi
eLearning. Demikian juga dengan penyempurnaan atau updating materi, dapat
dilakukan secara periodik dan mudah sesuai dengan tuntutan perkembangan ilmu
pengetahuan.

Jadi jangan heran bila suatu hari nanti, seorang anak di Indonesia bisa
meraih gelar akademis dari universitas di Amerika tanpa harus pusing
memikirkan ongkos ke luar negeri!
-----------------------------------

1 komentar:

Ayyief Alkaff said...

Sekarang sudah banyak yg kaya gitu,,,! mudah2an bisa berkembang beserta pengetahuaannya... dan tidak kalah denga yg belajar langsung

Post a Comment

Silahkan sisipkan komentar Anda. Terimakasih